Keputusan Indonesia bergabung BRICS menjadi sorotan setelah Donald Trump mengancam akan menekan blok ekonomi yang ingin lepas dari dominasi Dollar AS itu.
Keanggotaan di BRICS membuat hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat di bawah periode kedua Donald Trump akan dimulai dengan posisi negatif, ujar para pengamat.
BRICS—singkatan dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan—dipandang sebagai kelompok yang ingin menentang dominasi negara-negara Barat.
Salah satu hal yang menjadi perhatian BRICS adalah dibutuhkannya sistem keuangan global yang lebih inklusif. Mereka ingin mengurangi dominasi US$ yang selama ini menjadi mata uang utama dalam perdagangan dan investasi dunia.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Parahyangan, Idil Syawfi, mengatakan apabila Trump benar-benar menerapkan kebijakan tarif 100% ini, maka ini akan merugikan Indonesia mengingat sebagian besar ekspor Indonesia ke AS adalah bahan baku mentah.
Di sisi lain, Idil mengatakan bergabungnya Indonesia ke BRICS dikhawatirkan membuat AS memandang Indonesia lebih condong menjadi “bagian dari kelompok revisionis” dibandingkan “mendukung status quo yang pada saat ini adalah Amerika Serikat”.
Pendiri lembaga penelitian dan pelatihan independen Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja, menggarisbawahi dua pendiri BRICS, Rusia dan China, yang oleh AS sudah dianggap sebagai kompetitor yang mulai mengancam secara politik.
“Amerika [Serikat] tidak bisa menoleransi keberadaan kompetitor yang lebih dari sekedar biasa-biasa saja,” ujar Dinna kepada BBC News Indonesia pada Jumat (17/1).
Presiden terpilih AS Donald Trump—yang sedianya dilantik pada Senin (20/1) hari ini—telah mengumbar akan memberlakukan tarif 100% bagi negara-negara anggota BRICS apabila mereka “mengganti dollar” dalam perdagangan internasional.
“Negara-negara BRICS mencoba untuk menjauh dari dollar dan [mereka] berpikir kita hanya diam dan menonton,” tegas Trump lewat akun Truth Social pada 30 November 2024.
Trump menambahkan pihak AS meminta komitmen dari negara-negara BRICS untuk tidak menciptakan mata uang baru atau mendukung mata uang lain untuk menggantikan dollar AS yang disebutnya “perkasa”.
“[Jika tidak] mereka akan menghadapi tarif 100% dan bersiap-siaplah mengucapkan selamat tinggal pada ekonomi AS yang luar biasa,” imbuhnya.
Gertakan Trump ini merupakan reaksi dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS terakhir yang berlangsung di Kazan, Rusia pada November 2024.
Pada pertemuan itu, negara-negara anggota BRICS membahas peningkatan transaksi-transaksi non-dolar AS dan penguatan mata uang lokal.
Di sisi lain, Indonesia secara resmi bergabung dengan BRICS pada 6 Januari bersama Mesir, Etiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab.
Apa saja yang perlu dilakukan Indonesia untuk menavigasi hubungan dengan AS di bawah kuasa Trump?
Silakan membaca artikel lengkapnya: https://www.bbc.com/indonesia/articles/cednlw19713o
Sumber foto: GETTY.